BAB 1
PENDAHULUAN
N
|
yeri merupakan fenomena fisiologik yang
berfungsi sebagai “sinyal” bagi individu bahwa ada suatu kelainan yang terjadi.
Rasa nyeri merupakan pelindung mencegah terjadinya kerusakan yang disebabkan
rangsang nosiseptif (nyeri). Rasa nyeri bukan hanya respon fisiologik
tetapi juga melibatkan atau dipengaruhi aspek psikologis yang mana
persepsi setiap individu berbeda-beda.
Perasaan nyeri sering sekali dirasakan klien yang menderita sakit.
Fenomena yang ada kerap kali klien yang
sedang mengalami nyeri sangat tergantung dengan obat-obatan anti nyeri
(farmakologis). Padahal terkadang nyeri yang dirasa masih pada derajat yang
dapat dikontrol dengan cara-cara nonfarmakologis seperti distraksi, progresif
relaksasi, guided imagery, massage, dll.
Pelaksanaan intervensi nyeri
nonfarmakologis masih sering diabaikan oleh perawat dibanding intervensi
farmakologis, padahal intervensi ini merupakan tindakan independen yang bisa
dilaksanakan perawat. Bila dilaksanakan itupun sering kurang tepat tehnik,
waktu dan sasarannya. Hal ini dikarena berbagai hal, diantaranya masih
kurangnya pengetahuan dan ketrampilan melaksanakan tehnik tersebut.
Berpijak dari
kondisi tersebut penulis tertarik mengkaji lebih dalam bagaimana apilikasi
intervensi nonfarmakologis pada nyeri beserta landasan mekanisme
neurofisiologinya sehingga mempunyai dasar yang kuat untuk penerapan tehnik
ini.
BAB 2
NEUROFISIOLOGI
NYERI
S
|
ecara umum
stimulus nyeri disebabkan oleh (Ignatavicius, Workman & Mishler, 1996) :
1) Kerusakan jaringan
2) Kontraksi/spasme otot yang menimbulkan tipe
nyeri iskemik
3) Kebutuhan
oksigen otot meningkat tetapi suplai darah
terbatas
misalkan disebabkan karena penekanan
vaskuler.
Sedangkan
menurut Kozier (2000) pada dasarnya ada 3 stimulus nyeri yakni :
Tipe stimulus
|
Dasar Fisiologi
|
Mechanical
§ Trauma pada
jaringan tubuh, contoh pembedahan
§ Gangguan pada
jaringan, contoh udema
§ Tersumbatnya
saluran di tubuh
§ Tumor
§ Spasme otot
Thermal
§ Panas atau
dingin yang ekstrim, contoh terbakar
Chemical
§ Iskemia
jaringan, contoh tersumbatnya arteri koroner
§ Spasme otot
|
§ Kerusakan
jaringan ; iritasi langsung pada reseptor nyeri, inflamasi
§ Penekanan pada
reseptor nyeri
§ Distensi pada
lumen saluran
§ Tekanan pada
reseptor nyeri, iritasi pada ujung saraf
§ Stimulasi
reseptor nyeri
§ Kerusakan
jaringan, stimulasi reseptor nyeri thermosensitive
§ Stimulasi
reseptor nyeri karena akumulasi asam laktat (dan zat kimia lain seperti
bradykinin dan enzim-enzim) pada jaringan
§ Adanya stimulasi
mekanik menyebabkan iskemik jaringan
|
Adanya ketiga
penyebab nyeri tersebut dipercaya jaringan yang injuri melepaskan substansi
kimia dari ujung saraf yang disebut Neurotransmitter.
Adanya kerusakan jaringan tersebut sel melepaskan histamin dan
terakumulasinya asam laktat dijaringan yang injuri (Ignatavicius,
Workman & Mishler, 1996). Serotonin dan ion potassium juga dapat
menstimulasi nyeri (Kozier, 2000).
Substansi lain yang juga dapat menstimulasi nociceptor/receptor nyeri
adalah (Taylor, Lilis & LeMone, 1997) :
n Bradykinin, Merupakan vasodilator kuat yang meningkatkan permeabilitas
kapiler dan konstriksi smooth muscle / otot halus. Secara kimiawi substansi ini
penting sebelum stimulus nyeri dibawa ke otak. Bradykinin juga mencetuskan pelepasan histamin. Kombinasi dengan histamin
menimbulkan kemerahan, bengkak dan nyeri (inflamasi).
n Prostaglandin, Merupakan subtansi hormon yang menambah stimulus nyeri pada
CNS dengan cara meningkatkan efek Bradykinin.
n Substance P, dipercaya bekerja menstimulasi reseptor nyeri dan yang
menyebabkan respon inflamasi pada
jaringan lokal ( Fuller &
Scaller-ayers, 1994). Sebagai tambahan substansi ini diketahui sebagai
neurotransmitter yang menyebabkan pergerakan impuls melewati sinaps saraf dari
primary afferen neuron menuju second-order neuron.
Selanjutnya stimulus nyeri tersebut
berjalan menuju otak yang mana terjadi dalam 4 tahap yaitu (Roshdal 2000) :
1) Transduction : Sistem saraf merubah stimulus nyeri menjadi impuls diujung
saraf.
2) Transmision : Impuls bergerak dari titik asal nyeri ke otak.
Stimulus nyeri tersebut ditransmisikan
dari tubuh bagian perifer oleh dua serabut yakni (ignatavicius, Workman &
Mishler, 1996) :
n A delta fibers, yang terutama ditemukan dikulit dan otot. A delta fibers
merupakan serabut yang bermyelin, bersifat fast conducting (penghantar cepat),
untuk sensasi tajam, cakaran, dan tusukan, menghantar nyeri akut, intermitten
dan lokal. Serabut ini terutama untuk stimuli mekanik daripada kimia/termal
sehingga disebut Mechanical Nociceptors.
n C fibers, berdistribusi
diotot, periosteum dan viseral. C fibers merupaka serabut yang tidak
bermyelin/sedikit myelin. Bersifat slow conducting, nyeri dihantarkan lebih
menyebar, kontinyu/konstan. untuk
sensasi nyeri tumpul, terbakar dan bersifat nyeri kronik. Serabut ini
menyalurkan rangsang panas, kimia dan mekanik yang kuat.
3) Perception : Otak merekognisi, mendefinisikan dan merespon nyeri.
Setelah stimulus nyeri ditransmisikan ke otak selanjutnya diproses ke CNS.
Proses pusat nyeri di otak ada 3 tingkatan yaitu : 1) Thalamus 2) midbrain 3) kortex. Area tersebut bekerja sama untuk
meningkatkan kesadaran nyeri, interpretasi rangsang nyeri dan menghasilkan
respon nyeri.
·
Thalamus bekerja sebagai pusat relay untuk sensori
input dari traktus spinotalamikus dari spinal cord.
·
Midbrain bekerja meningkatkan kesadaran dari stimulus
·
Kortex berfungsi membedakan status dan lokasi nyeri seperti
interpretasi pengalaman nyeri.
4) Modulation : Aktivitas tubuh memerlukan respon inhibisi untuk
mempengaruhi nyeri. Dengan adanya stimulus nyeri tubuh berespon menghambat atau
meningkatkan nyeri melalui mekanisme inhibisi dan fasilitasi. Input sensori
pada spinal cord tersebut dipengaruhi oleh substansi kimia neuroregulator yang
meliputi (ignatavicius, Workman & Mishler, 1996) :
·
Neurotransmiter, merupakan zat kimia yang menghambat
atau mengeksitasi aktivitas postsinaptic sel membran saraf terdiri dari : Acetylcholine, norepinephrine,
epinephrine, dopamin
·
Neuromodulator, disebut dengan endogenous opiates.
Merupakan protein hormon yang ditemukan di otak yang berimplikasi pada modifikasi
nyeri. Substansi ini sebagian besar komposisinya terdiri peptida asam amino
yang disebut alpha dan beta endorphins dan enkephalins.
Substansi ini berespon menyebabkan analgesia. Endorphins dan enkephalins
mirip dengan morfin hanya lebih poten. Peptida
besar (endorphine) lebih lama efek analgesiknya dibanding enkephalins,
Substansi ini dapat memblok nyeri yang kuat dan euforia. Endorphine diproduksi oleh kelenjar hipofise anterior dan
hipotalamus. Endhorphine dapat
dilepas bila dilakukan stimulasi kulit misalkan massage dan relaksasi (Taylor,
Lilis & LeMone, 1997). Sedangkan Peptida
kecil (enkephalins) tersebar sepanjang otak dan dorsal horn dari spinal
cord kurang kuat dibanding endorphine. Berfungsi menurunkan sensasi
nyeri dengan cara menghambat pelepasan substance
P dari neuron terminal afferen.
Gambar 2.1:
GAMBARAN
SENSASI NYERI
1. Pesan nyeri diterima oleh ujung
saraf pada jari yang terbakar. Zat-zat
kimia yang poten (substance P, bradikinin, prostaglandin) dirangsang, sensitivitas
ujung saraf membantu mentransmisikan pesan nyeri dari jari yang injuri menuju
otak, dan membentuk tahap penyembuhan (respon inflamasi)
2. Signal nyeri dari jari yang terbakar
berjalan menjadi impuls elektrokimia sepanjang saraf pada dorsal horn di
spinal cord (daerah sepanjang tulang belakang dan menerima signal dari semua
bagian tubuh)
3. Pesan direlay di talamus, pusat
sensori diotak terhadap sensasi seperti panas, dingin, nyeri, dan sentuhan
sehingga menyadarinya
4. Selanjutnya berjalan ke korteks, tempat
untuk menafsirkan intensitas dan lokasi nyeri. Sedikit diketahui faktor
faktor yang mempengaruhi persepsi individu terhadap persepsi nyeri. Dalam hal
ini arti dari nyeri dan respon secara
sadar.
5. Signal nyeri mulai dari otak turun
lewat spinal cord
6. Di dorsal horn zat kimia seperti
endorphin ditingkatkan untuk meminimalkan pesan nyeri dari jari yang injuri
|
Sumber : Taylor, Lilis, & Le Mone (1997). Fundamentals os Nursing
ed. 3. Philadelphia : Lippincot
BAB 3
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI NYERI
F
|
aktor situasional yang mempengaruhi
respon nyeri menurut R. Gatchel and D. Turk (1996) adalah sebagai berikut :
1. FAKTOR KOGNITIF, yang meliputi :
§ Pemahaman
§ Kontrol
§ Relevansi
§ Strategi mengontrol nyeri
2. FAKTOR PERILAKU, yang meliputi :
§ Gerakan berlebihan
§ Respon Orang tua/Staff
§ Pengekangan fisik
§ Aktivitas fisik
§ Aktivitas Sosial
3. FAKTOR EMOSIONAL, yang meliputi :
§ Kecemasan
§ Ketakutan
§ Frustasi
§ Marah
§ Depresi
4.
FAKTOR LAIN, Selain 3 faktor diatas sensasi nyeri juga dipengaruhi oleh faktor
:
§ Usia
§ Gender
§ Tingkat kognitif
§ Pengalaman Nyeri
§ Pembelajaran keluarga
§ kultur
Menurut Brunner and Suddarth (2000) respon
nyeri dipengaruhi oleh : Pengalaman nyeri yang lalu, kecemasan, usia, dan efek
plasebo. Faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan atau menurunkan persepsi
nyeri, toleransi dan dampak terhadap respon nyeri.
PENGALAMAN
YANG LALU
Pengalaman yang banyak atau lama
terhadap nyeri akan menurunkan kecemasan dan lebih toleransi terhadap nyeri
sehingga nyeri berkurang. Bagi sebagian besar orang hal tersebut belum tentu
benar, pengalaman yang banyak terhadap nyeri justru akan lebih takut terhadap
kejadian nyeri, sehingga orang tersebut kurang mampu toleransi terhadap nyeri.
Seorang yang mengalami nyeri berulang
akan mempelajari ketakutan terhadap nyeri dan ketidakmampuan dalam
penanganannya. Seseorang yang pernah mengalami nyeri berat ia mengetahui bagaimana beratnya nyeri tersebut
sebaliknya yang tidak pernah mengalaminya akan tidak takut terhadap nyeri
tersebut.
KECEMASAN
DAN DEPRESI
Meskipun secara umum dipercaya kecemasan akan
meningkatkan nyeri hal ini tidak selalu benar. Penelitian menunjukkan tidak
konsistennya hubungan antara kecemasan
dan nyeri atau tidak ditunjukkannya latihan reduksi stress pada nyeri preoperasi dapat menurunkan nyeri
postaoperasi. Sebagai contoh pasien yang dilakukan tindakan operasi 2 tahun
yang lalu terhadap Ca Payudara sekarang nyeri pinggul karena takut nyeri
tersebut menunjukkan metastase. Pada kondisi tersebut kecemasan meningkatkan
nyeri. Sebaliknya kecemasan dapat menurunkan persepsi nyeri karena timbul efek
distraksi, contoh ibu yang dirawat di RS karena menderita batu empedu cemas
akan anaknya dirumah akan berkurang rasa nyerinya sejlan dengan meningkatnya
kecemasan terhadap anaknya. Depresi berhubungan dengan nyeri kronik. Lama
durasi nyeri berhubungan dengan meningkatnya insiden depresi.
USIA
Pengaruh usia terhadap persepsi nyeri
dan toleransi tidak berubah secara significan dengan proses penuaan, Jika
penurunan persepsi nyeri pada orang tua hal tersebut karena sekunder dari
proses penyakit seperti DM bukan karena proses penuaan.
KULTUR
DAN ETNIK
Kultur dan etnik mempengaruhi
bagaimana seseorang berespon terhadap nyeri. Semenjak anak-anak individu
belajar bagaimana berespon terhadap nyeri mampu diterima atau tidak. Orang yang
berasal dari kultur yang berbeda bila mengalami intensitas nyeri yang sama
tidak berespon dengan cara yang sama.
……………….. belum lengkap
BAB
4
MEKANISME
& JENIS INTERVENSI NONFARMAKOLOGIS PADA NYERI
M
|
ekanisme
intervensi nonfarmakologis pada nyeri berdasar
teori Gate Control menjelaskan
bahwa adanya hubungan antara nyeri dan emosi (Melzack & Wall, 1982).
Menurut teori ini nyeri tidak hanya respon fisiologik tetapi juga psikologik.
Pada proses terjadinya nyeri terdapat serabut saraf tertentu yang berperan
penting yaitu : serabut saraf yang berdiameter kecil (nociceptor) yang
mengkonduksikan bangkitan stimulus nyeri keotak dan serabut saraf yang
berdiameter besar (nonnociceptor) yang menghambat transmisi impuls nyeri
dari spinal cord ke otak. impuls nyeri
ditransmisikan dari tubuh bagian perifer oleh serabut saraf A delta & C fibers (Taylor, Lilis
& LeMone, 1997). Impuls tersebut dimodifikasi di spinal cord sebelum
ditransmisikan ke otak. Impuls berjalan ke dorsal horn pada saraf spinal yang disebut substansia
gelatinosa. Sinaps di dorsal horn berperan sebagai gate/pintu yang
menutup impuls menuju otak atau membuka sehinggA impuls naik ke otak (Kozier,
2000). Sel substansia gelatinosa dapat menghambat atau menfasilitasi
impuls nyeri yang ditransmisikan oleh Trigger cell (T Cell). Ketika
gate/pintu tertutup aktivitas T cell dihambat dan impuls berkurang, selanjutnya
ditransmisikan keotak. Ketika pintu membuka impuls nyeri menuju otak. Hal
tersebut mirip dengan mekanisme “gating” pada serabut saraf dari talamus dan
kortex cerebral dalam mengatur proses berfikir, emosi, kepercayaan dan nilai
(ignatavicius, Workman & Mishler, 1996).
Keterlibatan
otak membantu menjelaskan bagaimana stimuli nyeri diinterpretasikan berbeda
oleh tiap orang. Meski teori gate control belum diterima mutlak tetapi teori
ini dapat membantu bagaimana intervensi elektrik dan mekanik, panas dan
pemijatan dapat mengurangi nyeri. Sebagai contoh massage punggung akan
menstimulasi saraf berdiameter besar yang menyebabkan menutupnya gate/pintu
dari adanya nyeri punggung. Untuk lebih jelasnya bagaimana mekanismenya
PADA
NYERI
PROGRESIVE
MUSCLE RELAXATION
Progresive muscle relaxation adalah tehnik menegangkan dan
merilekskan otot-otot. penegangan selama
5-7 detik kemudian rileks selama 20-30 detik, saat inspirasi otot ditegangkan
lalu ekspirasi secara perlahan ketika relaksasi otot.
Progresive muscle relaxation didasari oleh teori ketegangan otot
sebagai respon tubuh terhadap pikiran yang menyebabkan kecemasan. Ketika
relaksasi otot yang dalam akan
menstimulasi serabut saraf yang berdiameter besar
(nonnociceptor) yang menghambat transmisi impuls nyeri pada serabut saraf
yang berdiameter kecil (nociceptor) dari spinal cord ke otak. Impuls
tersebut dimodifikasi di spinal cord sebelum ditransmisikan ke otak.
Impuls berjalan ke dorsal horn
pada saraf spinal yang disebut substansia gelatinosa. Sinaps
di dorsal horn yang berperan sebagai gate/pintu yang menutup atau
membuka impuls menuju otak. Sel substansia gelatinosa dapat menghambat
atau menfasilitasi impuls nyeri yang ditransmisikan oleh Trigger cell (T
Cell). Ketika gate/pintu tertutup aktivitas T cell dihambat dan impuls
berkurang. Ketika pintu membuka impuls nyeri menuju otak. Hal tersebut mirip
dengan mekanisme “gating” pada serabut saraf dari talamus dan kortex cerebral
dalam mengatur proses berfikir, emosi, kepercayaan dan nilai. Dengan berkurangnya ketegangan otot dan
emosi berarti penyebab nyeri berkurang sehingga menimbulkan relaksasi yang
merangsang pelepasan endorphin untuk
menghambat impuls nyeri.
Tehnik
ini untuk menurunkan rasa nyeri ringan – sedang, menurunkan kecemasan yang berhubungan dengan
rasa nyeri, mengurangi ketegangan otot dan fikiran. Selain itu dapat menurunkan
denyut nadi dan rata-rata respirasi serta memberikan efek yang positif pada
spasme otot, nyeri pinggang, migrain, hipertensi, iritabilitas usus dan fobia
ringan serta pada klien dengan kemoterapi yang menimbulkan mual dan muntah (kozier
et al, 2000).
Tehnik ini efektif jika diberikan pada
klien dengan kondisi stabil, dapat
berpartisipasi penuh dan kooperatif sehingga memberikan manfaat yang besar.
(Perry and Potter, 1998).
GUIDED
IMAGERY (IMAJINASI TERPIMPIN)
Guided Imagery / visualisasi adalah
tehnik dengan menggunakan imajinasi yang positif atau menyenangkan untuk
mengurangi stress atau penyembuhan (Delmar’s, 2000). Imajinasi yang positif
ditujukan pada semua indera dalam
suasana yang sangat nyaman dan bebas interupsi (Gaylene, Patricia, and Valerie,
2000). Guided Imagery merupakan pengalaman sensasi yang dapat secara efektif
menurunkan persepsi nyeri dan meminimalkan reaksi nyeri. Tujuan tehnik ini
adalah agar klien menggunakan satu atau beberapa indera untuk menghasilkan
imajinasi. Imajinasi menimbulkan respon psikofisiologis yang positif karena
terjadi mind body interaction (Dossey, 1992, stephen, 1993).
Pada saat dilakukan imajinasi akan
merangsang pengeluaran endorphin
sehingga mereduksi impuls nyeri yang dihantarkan oleh syaraf. Tehnik ini lebih
efektif untuk nyeri kronik dari pada akut (Taylor, Lilis & LeMone, 1997).
Tehnik ini dapat digunakan pada bermacam-macam situasi seperti manajemen
cancer, kemoterapi, nyeri kronik, dan reduksi stress, gangguan tidur, sakit
kepala, migrain dan lain-lain.
CUTANEUS STIMULATION
§ Massage
Massage terapeutik adalah penekanan dan
pergerakan tangan secara intensif sehingga memberikan kenyamanan. Massage
merupakan stimulasi kulit dengan cara pemijatan lembut yang berfungsi
mengaktifkan serat saraf sensori berdiameter besar untuk mencegah stimulasi
nyeri. Menurut Ferrel, Torry, Gleek, (1993) massage juga memblok
persepsi nyeri dengan merangsang pelepasan endorphin dan membantu
relaksasi otot (Taylor, Lilis, & LeMone 1997). Massage dapat meningkatkan
relaksasi, meningkatkan sirkulasi darah dan kelenjar limfe menurunkan nyeri dan
spasme. Ferrel, Torry, Gleek, (1993) juga melaporkan massage secara
signifikan menurunkan kecemasan, denyut jantung, tekanan darah, dan persepsi
nyeri. Tehnik ini efektif digunakan pada nyeri ringan – sedang.
Perhatian ! Saat massage jangan pada daerah yang
terdapat reaksi hiperemi abnormal, memar, bengkak, atau peradangan karena dapat
menyebabkan kerusakan jaringan serta hindari massage pada tulang belakang
(Elkin, Perry, & Potter, 2000).
§ Accupresure
Melakukan penekanan dan atau massage
pada titik-titik seperti acupuncture. Mekanisme kerja menghambat nyeri
dengan cara menstimulasi ujung saraf berdiameter besar (Taylor, lilis &
LeMone, 1997) sehingga menghambat
transmisi impuls nyeri pada serabut saraf yang berdiameter kecil
(nociceptor) dari spinal cord ke otak. Impuls tersebut dimodifikasi di spinal
cord sebelum ditransmisikan ke otak. Impuls berjalan ke dorsal horn pada saraf spinal yang disebut substansia
gelatinosa. Sinaps di dorsal horn yang berperan sebagai
gate/pintu yang menutup atau membuka impuls menuju otak. Sel substansia
gelatinosa dapat menghambat atau menfasilitasi impuls nyeri yang
ditransmisikan oleh Trigger cell (T Cell).
§ TENS (Trans Electrical Nerve
Stimulation)
Merupakan alternatif tehnik
noninvasif yang mana listrik
menstimulasi serabut saraf berdiameter besar sehingga menimbulkan gate/pintu
tertutup. Akibatnya transmisi impuls nyeri dihambat. Alat ini diletakkan pada
area nyeri (Taylor, Lilis & LeMone, 1997).
§ Acupuncture
Adalah tehnik mengurangi nyeri dengan
menggunakan jarum dengan ukuran bermacam-macam yang ditusukkan pada bagian
spesifik dari tubuh untuk menghasilkan insensitifitas (ketidakpekaan) terhadap
nyeri. Setelah jarum diinsersikan kedalam tubuh, lalu dihubungkan dengan
listrik arus rendah. Tehnik ini efektif untuk menurunkan nyeri ringan-sedang.
Mekanismenya dengan cara menstimulasi ujung saraf berdiameter besar sebagaimana
acupresure (Taylor, Lilis, & LeMone, 1997).
§ Contra Lateral Stimulation
Stimulasi kulit pada area berlawanan
dari nyeri, sebagai contoh nyeri dilengan kiri distimulasi pada lengan kanan
sehingga nyeri dapat berkurang. Mekanismenya belum jelas (Taylor, Lilis, &
LeMone, 1997).
§ Cold/Heat Apllication
Terapi dingin atau panas dapat
menstimulasi reseptor nonpain pada bidang reseptor yang sama pada area
injuri. Es dapat diletakkan pada tempat injuri segera setelah
injuri/pembedahan. Dilakukan pada area
tersebut dalam waktu tidak lebih dari 20 menit. Bila lebih dapat mengakibatkan
frosbite/injuri saraf. Terapi cold and heat harus hati-hati dilakukan dan
dimonitor untuk mencegah injuri pada kulit. Terapi panas dapat meningkatkan
aliran darah dan mereduksi nyeri, contoh kompres hangat pada inflamasi sendi
(Brunner & Suddarth’s, 2000).
HIPNOSIS
Hipnosis Suatu tehnik yang menimbulkan
kondisi dibawah sadar yang dibuat oleh hipnotist sehingga nyeri tidak
dirasakan. Efektif untuk menurunkan nyeri akut/kronik dengan mekanisme yang
belum jelas. Efektifitasnya tergantung kedalaman hipnosis. Suksesnya respon
hipnosis berhubungan dengan keterbukaan untuk sugesti, percaya bahwa hipnosis
akan bekerja dan kesiapan emosional (Brunner & Suddarth’s, 2000).
BIOFEEDBACK
Biofeedback adalah tehnik dengan
menggunakan “teaching machine” yang dilengkapi signal yang memberi feedback
untuk membantu klien belajar mengontrol mekanisme tubuh secara tidak sadar yang
menyebabkan nyeri. Tehnik ini menurunkan nyeri dengan cara menurunkan kecemasan
karena berkurangnya kontrol terhadap fungsi tubuh sehingga akan berdampak dalam
inhibisi impuls nyeri. Tehnik ini efektif untuk menurunkan nyeri ringan –
sedang (Brunner & Suddarth’s, 2000).
EDUCATION
Pendidikan untuk menurunkan semua tipe
nyeri. Tehnik ini termasuk sensori dan informasi prosedural serta instruksi
yang bertujuan menurunkan aktivitas yang menyebabkan nyeri (Elkin, Perry, &
Potter, 2000)
MEDITASI
Meditasi adalah upaya untuk memusatkan
perhatian pada suatu hal. Menurut Benson efek dari meditasi adalah : HR dan RR
bertambah lambat, konsumsi O2 turun 20 %, kadar laktat didalam tubuh turun,
kekuatan kulit terhadap listrik meningkat 4 kali lipat, pola gelombang otak
terjadi peningkatan aktivitas gelombang alpha. Hasil tersebut dipengaruhi oleh
lingkungan yang relatif tenang, perangkat mental yang memberikan stimulus
konstan, posisi yang nyaman, sikap yang pasif (Davis, Eshelman, &McKay,
1995). Dengan penurunan kadar laktat dan
ketenangan akan mengurangi penyebab nyeri sehingga menghambat impuls nyeri.
DISTRACTION
BAB 5
INDIKATOR PERUBAHAN
RESPON NYERI
I |
ndikator fisiologi dan psikologi perubahan respon nyeri akut dan kronik adalah sebagai berikut :
NYERI AKUT
RINGAN & SEDANG
|
NYERI AKUT
BERAT
|
NYERI KRONIK
|
Tachycardia
Tachypnea
Peningkatan tekanan darah
Diaphoresis
Peningkatan serum glukosa
Dilatasi
pupil
Pucat
Peningkatan ketegangan otot
Penurunan
motilitis saluran cerna
Cemas
|
Penurunan HR
Respirasi cepat, tidak teratur
Penurunan Tekanan darah
Kelemahan
Mual/muntah
Ketegangan otot
Pucat
Kelelahan
Dilatasi pupil
lemah
Tidakberdaya
|
Lemah
Insomnia
Anorexia
Penurunan
BB
Gangguan
mobilitas
Depresi
Marah
Putus
asa
Takut
Cemas
Isolasi
|
Sumber : Elkin, Perry, &
Potter(2000). Nursing Intervention and
Clinical skill. St. Louis : Mosby
Sedangkan indikator nyeri lainnya pada aspek perilaku adalah :
MOTOR
|
AFEKTIV
|
Ekpresi
wajah
Postur
Gaya
jalan
Menurunnya
tingkat aktivitas
Hati-hati
Otot
tegang
|
Merintih
Menangis
Menarik
diri
Peka
gelisah
|
Sumber ; Modified from Lewis SM, Collier IC,
Heitkemper MM : Medical surgical Nursing : Assesment and management of clinical
problem ed. 4. St Louis, 1996, Mosby
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Brunner & Suddarth’S (2000). Text
Book Of Medical Surgical Nursing. Philadelphia : Lippincot
Campbel (1996). Pain 1996 an Up
dated Review. Seatlle : IASP Press
Davis, Eshelman, & McKay (1995). Panduan
Relaksasi dan Reduksi Stress ed.III. Jakarta : EGC
Elkin, Perry, & Potter (2000). Nursing
Intervention and Clinical Skill. St. Louis : Mosby
Ignativicius, Workman, & Mishler
(1996). Medical Surgical Nursing : a Nursing Process Approach.
Philadelphia : W.B. Saunders Company
Kozier et all (2000). Fundamentals
of Nursing Concept, procces and practice. Philadelphia : Lippincot
Roshdal (2000). Basic Nursing.
St. Louis : Mosby
Taylor, Lilis, & Le Mone (1997). Fundamentals of Nursing
ed. 3. Philadelphia : Lippincot
Casino, Dining, and Wedding Ideas - Dr.MD
BalasHapus› gendev › casino-dining › gendev 출장마사지 › casino-dining 화성 출장마사지 Explore a wide range of romantic 정읍 출장마사지 nightlife experiences at Casino Dining at Dining at Dining at 경상북도 출장샵 Dining at Dining 구리 출장마사지 at Dining at Dining at Dining at Dining at Dining at Dining at